online degree programs

Selasa, Oktober 28, 2008

Musim Komunitas

*Muhtar Said C.SH*

Jika saudara Fahmi menulis tentang musim PKMM (exprees 23 okteober 2008) sekarang giliran saya untuk menulis tentang musim komunitas. Di gazebo hukum ada tempelan pamflet yang mengajak mahasiswa untuk ikut diskusi, walaupun diskusinya bernuansa politis tetapi itu sangat baik daripada tidak ada sama sekali yang berani menyadarakan mahasiswa bahwa betapa pentingnya ikut komunitas-komunitas diskusi.
Di fakultas hukum sendiri sekarang juga banyak bermunculan komunitas-komunitas seperti komunitas Hukum Tata Negara, Komuniatas Hukum Pidana, komunitas Hukum Perdata, komunitas Hukum Agraria dan bahkan ada komunitas yang terdiri dari anak-anak semester 1 yang bernama komunitas Cahaya. Terlepas dari komunits-komunitas itu didirikan atas dasar gengsi atau ketulusan hati, tetapi yang jelas ada niatan untuk menambah wawasan dan intlektual mereka masing-masing.
Yang lebih menarik lagi jika hasil diskusi dikomunitas itu dituangkan dalam dunia tulisan, maka tulisan itu akan menjadi semacam pencerah bagi mahasiswa lain yang ikut membacanya, sekaligus kita juga bisa mengamalkan ilmu yang kita punya kepada orang lain. Karena dunia tulisan itu lebih menghantam dan mengena, tulisan itu menunjukan kekuatan pikiran intlektualis ( The Great Intellektual) yang menunjukan eksistensinya di dunia. Sangat memalukan jika mahasiswa yang mengatasnamakan diri sebagai orang intlek tidak bisa menulis dan berdialektika. Padahal itu semua dapat diperoleh dari ikut komunitas diskusi.
Perlu diketahui munculnya tokoh-tokoh nasional itu sebenarnya dilahirkan dalam komunitas diskusi seperti Rizal Malarangeng, Fahjrul, dan Saiful Mujani dengan Forum mahasiswa ciputatnya(Formaci), tidak usah jauh-jauh sepeti Taufiqurrahman SS(Sarjana Sinting), Edy Subhan Spd(Sarjada Pek Dewe), Awaludin Marawan SH(sarjana Humor), Giy(pengamat Ekonomi jurusan geografi), Hariz bahkan seorang Fahmi sekalipun juga dilahirkan lewat sebuah komunitas yang bernama embun pagi.
Hangat-hangat tai ayam
Yang paling menyedihkan jika suatu komunitas didirikan hanya pada momen-momen tertentu seperti pemira ( BEM dan DPM). Komunitas seperti itu hanya akan bertahan setelah Pemira selesai, ini bisa dinamakan diskusi pragmatis, dibuat untuk suatu kepentingan politis bukan untuk kepentingan meningkatkan daya intlekualis.
Jika otak pendiri komunitas sudah menjadi ketua BEM atau DPM dia pasti tersibukan dengan kegiatan-kegiatannya sendiri dan akhirnya tidak meneruskan komunitasnya itu. padahal hakikat dasar kesuksesan pengurus BEM itu adalah regenaerasi lewat diskusi-diskusi. Seandainya forum diskusi dilandasi dengan niatan yang sangat tulus demi peningkatan intlektual mereka, pasti tidak akan ada kejadian seminar yang diwajibkan oleh dosen, karena ketakutan tidak ada pesertanya. Dampak positif berdirinya komunitas diskusi akan melahirkan rasa ingin tahu bagi setiap anggota, dan jika itu sudah terjadi maka jika ada seminar mereka pasti akan datang dengan senidirinya tanpa ada paksaaan dari birokrat, karena mereka sudah sadar dengan miskinya pengetahuan mereka diri sendiri.
Pendirian komunitas Diskusi-diskusi itu merupakan proyek besar bagi kita semua, tidak hanya LSM yang mempunyai proyek, tapi mahasiswa yang mempunyai jiwa intlektual juga mempunyai proyek berupa penyadaran bagi mahasiswa lainnya untuk ikut atau mendirikan sebuah komunitas. Anggota komunitas cukuplah terdiri dari 4 sampai 5 orang saja, karena lebih efektif. Komunitas yang mengandalkan jumlah anggota yang banyak itu hannyalah komunitas tim sukses suatu calon ketua BEM atau DPM. Dan semua itu akan sirna setelah pemira selesai..

*Mahasiswa Fakultas Hukum Semester 5/Sekretaris Jendral Bem Fakultas Hukum*
Said_muhtar@yahoo.co.id

Tidak ada komentar: